My First Flight, My First Antology and It's YOGYA #1


Tanggal 17-22 Oktober adalah hari yang sangat bersejarah bagiku. Allah menggariskan hidupku untuk bisa meraih apa yang pernah kutorehkan dalam buku harian, yaitu GOES TO JOGJA. Salah satu tempat yang ingin sekali kukunjungi dalam masa-masa sebagai mahasiswa. Bukan hanya itu, Alhamdulillah keinginanku untuk bisa merasakan duduk di besi terbang dengan prestasiku untuk pertama kalinya diijabah Allah.
Disini aku ingin bercerita sedikit tentang kisah dibalik perjuangan untuk ke pulau Jawa.

Cerpen ku yang berjudul "SUARA SEBUAH PIANO" telah membawaku sejauh ini. Berawal dari keisengan mengakses info-info lomba, aku menemukan peluang untuk mengirimkan salah satu karyaku ke lomba Reality Writing Competition  yang diadakan oleh Fak. Ilmu Pendidikan Univ. Negeri Yogyakarta. Dan sebulan setelah pengiriman karya ku, aku mendapatkan sebuah sms dari nomer yang tak dikenal,

Surat finalis sudah dikirimkan ke masing-masing e-mail finalis ^^


Maksudnya apaan coba? Nggak jelas. Tapi yaa... dengan penasaran langsung saja aku berselancar di dunia maya dan membuka emailku. Hati ku tidak karuan saat itu, bukan karena aku deg-degan apakah karya ku menjadi salah satu finalis, tetapi karena aku akan menghadapi UTS dua jam lagi. Maklumlah, hari itu adalah minggu kedua pelaksanaan UTS dan tepat pada waktu itu adalah ujian mata kuliah yang butuh konsentrasi tinggi untuk menjawabnya. Oh GOD! 



Sambil nge-net sambil belajar hingga email terbuka. Dengan mulut setengah terbuka dan mata terbelalak, aku menemukan namaku ada dalam deretan nama-nama finalis bidang cerpen. Histeris, ku buka pintu kamar dan memerintahkan teman kos ku untuk memastikan apakah benar itu nama ku, atau jangan-jangan aku salah. Tapi, temanku tak kalah histeris dari ku, dia malah memekik dan meremas-remas tanganku "Kamu finalis ut, dan kamu dipanggil ke Jogja!!!!"



Haaaaa... Whaat?? Sungguh ku tak percaya... 


Wajah riangku langsung berubah menjadi wajah murung. Semua otot-otot wajahku turun, yang ada dipikiranku kini apakah aku bisa mendapatkan biaya untuk pergi ke Jogja dengan bantuan dari kampus? Meminta dari Ibu dan Papa, itu adalah hal yang sulit sama sulitnya dengan keadaan finansial keluarga kami saat itu. Hufty....
Meminta bantuan dana dari fakultas? Apakah itu mungkin...? Fakultas ku sangaat terkenal pelit dengan dana apalagi kalu menyangkut prestasi dan kegiatan mahasiswa, tapi tak apa aku akan coba terlebih dahulu.

Menemui Wakil Dekan III, adalah tujuan ku yang pertama. Alhamdulillah beliau menyambut positif prestasi ini dan beliau berjanji akan menolong. Semoga saja ada kemudahan.

Disela-sela UTS yang tengah berlangsung, hati ini sungguh galau, apakah bisa, apakah bisa aku menggapai keinginanku? Aku meminta restu dari Papa dan Ibu, tapi jawaban beliau adalah, "Ibu dan Papa mendo'akan yang terbaik untuk Tary..." jawaban yang gantung menurutku.
Pernahku berfikir apakah orang tuaku tak ingin melihat anaknya bahagia? Jika misalnya ini bukan yang terbaik untukku, tentu impianku untuk terbang dengan pesawat yang sering berlalu lalang di atas atap kosan adalah suatu yang semu. Ku coba untuk berfikir lagi, tentu ada benarnya apa yang diminta oleh orang tua kepada allah, jika jalan ini bukan yang terbaik untukku apabila dipaksakan pasti akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. okelah aku coba untuk bertawakal.

Hari dimana aku men-follow up surat ke fakultas tiba, dan itu hari saat ujian yang paling angker usai. Dengan wajah setengah layu aku menghadap pak WADEK III. Sedikit memaksakan senyum, ku masuki ruangan beliau. Beliau lalu mengajakku untuk menemui ibu WADEK II untuk mendapatkan kepastian bantuan dana.
Dan kalian tahu apa jawaban beliau? (Ibu-ibu itu)

"Ndak ado dana tu do Pak, emang dana tu bana yang ndak ado, baa lai? Maaf yo Pak"* ujarnya kepada bapak WADEK III

*intinya : dana nggak ada --"

Dengan hati teriris aku menerima kenyataan, HARAPANKU PUPUS... Bapak WADEK III berusaha menenangkanku dengan kalimat-kalimat kebapak-annya, tapi tetap aku mengulum sedih dalam senyuman yang kuhaturkan.
Kukayuh sepeda hijauku dengan sekencang-kencangnya dan berusaha menahan air mata yang ingin keluar dari pelupuk mata tapi tetap saja tak bisa. Hati ini luka, batapa tidak berharganya prestasi ini dimata beliau. Aku brdo'a semoga saja perkataan yang beliau lontarkan tadi dapat mengikis kesalahan beliau.

Air mataku mengalir begitu saja, aku tak tahu harus bagaimana. Haruskah aku melepaskan mimpi-mimpi ini begitu saja sedangkan ia terpampang jelas dimataku. Aku mulai memutar otak, bagaimana agar aku mendapatkan bantuan dana. Senior kosan menyarankan agar aku langsung mengajukan permohonan dana ke WAREK III dengan persetujuan WADEK III. Dengan sedikit terisak, aku mengiyakan saran mereka dan segera membuat surat permohonan dana agar dapat diajukan di esok harinya. Tiada ku sangka, kakak-kakak dan teman kos yang sangat ku sayangi ini membantuku dalam menyusun berkas demi berkas dan tak lupa membantu dengan do'a untuk kelancaranku.

Ya Allah Yang Maha Kuasa, pagi ini aku akan menghadap WAREK III untuk kelancaranku membuat mimpi-mimpi ini nyata. Berilah kemudahan dan kelancaran jika ini adalah memang yang terbaik untuk hamba. Lunakkanlah hati orang-orang yang kutemui ya Allah... Amiin

Do'a yang kuhaturkan dalam perjalanan menuju PKM Unand Limau Manih. Seketika, tepat diatas kepalaku melintas sebuah pesawat terbang menuju BIM. Oh Tuhan, apakah mimpi ini akan menjadi nyata?

Sebelum memasuki gedung PKM ku sempatkan untuk menelfon ibu dan papa, meminta restu agar usaha ini tiada sia-sia dan dengan langah penuh keyakinan kuinjakkan kaki di PKM Unand.
"Sebentar ya dek, uni tanyak dulu sama Bapak, apakah bisa ditemui sekarang beliaunya atau tidak..." ucap salah satu asisten bapak WAREK III. Perkataan uni tadi membuatku semakin berdebar, dalam zikir ku berucap, semoga saja bapak mau bertemu dengan ku.

"Oke dek, silahkan masuk..." ujar uni mempersilahkan. Senyumku merekah dan dengan tubuh setengah bergetar ku masuki ruangan bapak Wakil Rektor. 
"Utary Rezki.... Hmmm... FKM ya... Mengikuti lomba cerpen nasional di Yogya...." sapa beliau sambil mematut ku dari balik kacamata.
Dengan senyum setengah memelas au menjawab "Iya, pak..."
Beliau sibuk membolak-balikkan berkas yang ku ajukan "Ini kapan acaranya Rizki?"
What...? Rizki.. Nambah lagi panggilanku, dari kakak, tary, uut, uta, utut, tai, dan seterusnya...
"Tanggal 18-19 Oktober pak, tapi rencana keberangkatan tanggal 17 pak..."
"Hmmm.... Acaranya disana berupa apa Rizki?"
"Jadi...." Mulailah aku merangkai kata-kata untuk melobi keputusan bapak agar bisa mengeluarkan sejumlah dana untukku.
"Berapa bantuan dari fakultasnya?" tanya beliau yang memiliki wajah mnyenangkan itu.
"Nggak ada pak..." tukasku sambil menundukan wajah.
Mendengar ucapanku tadi, air wajah beliau seketika keruh"Kenapa nggak ada...?"
Aku hanya menggelengkan kepala dengan diam. "Kenapa nggak ada. Seharusnya ada itu... Siapa wakil dekan II nya?"
"Mmmm... Buk *tit pak..." seketika beliau mengambil handphone genggamnya dan mencoba menghubungi seseorang.
"Ini WADEK III anda ditelpon nggk diangkat-angkat. Kenapa sampai nggak ada dana?" ucap beliau sambil mencoba menahan emosi.
"Nggak tau pak, memang kata beliau seperti itu..." dengan wajah lugu.
"Baiklah Rizki, Bapak terima surat anda, dan bapak bantu sekitar Rp.****" mendengar ucapan beliau itu aku tersentak dalam diam, bahan kuliah yang berada ditanganku kuremas dengan sekuat tenaga untuk menahan rasa bahagia yang begitu bergejolak dalam hati. 
"Tapi untuk sisanya bagaimana ini?" tanya beliau sekali lagi
"InsyaAllah akan dibantu orang tua pak..." ujarku pasti.
"Oke, Selamat ya, Rizki, semoga sukses, untuk selanjutnya langsung saja ke bagian bendahara untuk mengurus semua keperluan ya..." 
Spontan kusalami bapak itu dengan ucapan terimaasih berkali-kali.

Ya Allah, aku yakin Engkau telah merancang semua ini dengan elok dan melalui beliau lah engkau menghadirkan kado terindah itu, Akhirnya, mimpi ini tak hanya sekedar coretan dalam buku harian, Engkau mengabulkan semua walau tangisan harus pecah dalam istiharah dan tahajudku.
Kini semua menjadi nyata, khayalanku kini sudah jauh melayang. Dalam hitungan hari insyaAllah aku akan melihat lebih banyak lagi indahnya anugerah-Mu di bumi ini Tuhan.





Komentar

  1. Congratulations for your effort to get the best dream,Tary :)
    I hope,I also can like you to get the best achievement

    BalasHapus
  2. Thanks buddy... Amiin... May Allah bless our dream :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer