My First Flight, My First Antology and It's YOGYA #3-end

Ini lanjutan dari pengalaman ku di Yogya...

Setibanya di Yogya, aku dijemput oleh Indah sahabatku di Bandara. Kami melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan dengan menaiki TJ (Trans Jogja). Sama ama trans Padang, tapi di Yogya udah pakai karcis yang modren kayak kartu kredit, kalau di Padang masih karcis kertas. Saat masuk TJ, kami nggak dapet tempat duduk, karena full, ya udah terpaksa berdiri. Aku mengira laju TJ sama ama Trans Padang, lelet dan lamban. Ternyata aku salah kaprah, TJ lebih kencang dari pada angkot terkece di Kota Padang. Aku shock, sempet ampir jatuh, untung Indah menolongku supaya nggak jatuh. Kalo sempet jatuh, malu nya itu lho... --“ Aku mencoba menikmati perjalanan pertama di Yogya. Weiiss.. Kota ne apik lho... Rapi, bersih dan... ah pokoknya beda banget ama Padang. Berasa jet-lag dikit, haha karena pemandangan mata ku berubah 180 derjat hanya dalam hitungan jam. Yang biasanya liat bangunan dengan gonjong rumah gadang, sekarang nggak lagi kulihat gonjong dimana-mana, semua berubah menjadi atap genteng dan bangunan khas tradisional Jawa. Jadi pangling aku.
Akhirnya kami sampai di Prambanan. Pertama kali masuk sana, udah denger lagu sinden gitu. Aaah.. paling anti sama musik gamelan begitu, mistis plus ada bau kemenyan juga, jadi keinget film lawang sewu sama lentera merah. Aduuuuhh takut, tapi ya gimana, karcis udah dibeli 30ribu rupiah. Sesal tiada arti. Prambanan itu terlihat bagaikan lukisan kawan, indah.. Padahal itu ukirannya detail banget dan nyata. Disana juga ada museum, taman yang luas udah berasa di taman-taman negeri Eropa di TV, ditambah dengan pepohonan yang lagi berguguran daunnya. Subhanallah, keren deh pokoknya. Lingkungannya juga bersih, tempat sampah dimana-mana, bersih dari taman-taman di Sumbar, bisa jadi contoh itu.
Akhirnya kami pulang ke kosan Indah di Sendowo, dekat kampus UGM juga. Sebelum itu kami mampir dulu buat makan malam di dekat Kopma UGM, kayak Bussiness Centre-nya UNAND. Nah, disana aku akhirnya ketemu ama boy-friend-nya Indah. Namanya Yoga, ternyata potongan aslinya beda ama di foto. Disangka cool, ternyata rada pecicilan orangnya.

Besoknya kami lanjut ke Taman Sari, sebelum menghadiri acara final di UNY bersama teman-teman kos Indah, Liber dan Mbak Nur naik becak dari, dari mana ya lupa daerahnya apa. Hehe. Taman sari itu tempat mandinya para permaisuri raja Yogya dulunya. Spotnya keren buat foto-foto iseng aja hingga pre-wedd. Sampai-sampai aku sama Liber dikira model ama turis asal Jepang. Beliau bilang kami cantik, hahaha jangan muntah ya, karena aku yang pertama kali akan muntah dengan pujian itu. ;D Disana kami sempat tersesat, nah ketemu sama mbah-mbah lagi lewat. Niat mau nanya pintu keluar dimana sama si mbah, malah mbahnya bertransformasi jadi tour guide. Ya elah..., padahal mau buru-buru ke UNY ini. Oalah si mbah.
selfie dulu diatas becak bareng indah

gila-gilaan di taman sari, mba nur-liber-indah

Setibanya di UNY, aku jadi bingung sendiri. Nggak ada temen, orang-orang pada sibuk yaudah, sok-sok ikutan nimbrung sama mbak-mbak yang dimeja tamu, akhirnya dapet temen juga. Ada Galih, mbak Niken, Wanda, Bunga, sama mbak-mbak yang lain (maaf lupa namanya ^^). Akhirnya kami foto-foto bareng. Aku sempat berbincang-bincang dengan para finalis cerpen dan LKTI, setelah mereka tau aku dari Andalas, sebagian mereka antusias menanyakan tentang daerah kelahiranku, tanah Minangabau. Hal itulah pertama kali aku merasa bangga menjadi orang Minang.
Malam hari pun tiba, malam anugrah untuk finalis cerpen. Malam ini akan diadakan talkshow, pengumuman siapa pemenang dari LKTI dan Cerpen serta launching Antologi finalis Cerpen. Kata sambutan dari WADEK III nya FIP UNY, menjadi berkesan bagiku, karena WADEK nya kenal banyak tentang Minang dan Andalas kampus hijauku dan disana terjadi perbincangan kecil dengan pak WADEK. Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, pengumuman untuk pemenang dari  finalis cerpen setelah pengumuman pemenang LKTI. Semua finalis cerpen deg-degan termasuk cerawat ku juga ikut deg-deg-an, dan pecah seketika saat nama ku terpanggil kedepan. Aduh jerawat, merusak suasana aja. ^^Disusul sama mas dari Klaten, yang nggak kalah antusias, sampai-sampai kakinya kesandung meja. Hahaha. Malam kedua di Jogja berakhir indah. Alhamdulillah kaki yang melangkah sejauh ini hasilnya nggak sia-sia.
Hari ke-3, adalah fieldtrip bareng finalis LKTI dan CERPEN. Sebelum jalan-jalan, kami membuat karya lukis abal-abal dulu, dan ini idenya mas Brillian ;). Kami melukis di kertas hvs dengan cat yang berasal dari campuran lem + pewarna makanan dan disekitar lukisan harus terdapat setiap TTD dari peserta RWrC. Yaa... ada yang lukisannya bagus ada juga yang jelek kayak punya aku. Gambar hantu kali itu. Jelek banget. Setelah itu, baru deh kami jalan-jalan dengan trip 1 ke Taman Sari.
Taman sari lagi.. --“ apa boleh buat, dengan suasana dan orang-orang yang berbeda. Ditengah perjalanan penuh dengan canda tawa bareng Mas Wendy (klaten), Bli Agus (Bali), Rapli, Neng, dan Endra (Unsoed). Kami saling belajar bahasa Jawa, Sunda, Minang sama Bali. Pokoknya mereka Boco (bahasa Minang). Alhasil aku dipanggilin Uni sama anak-anak itu. Kebersamaan ini berlanjut hingga ke Benteng Vredenburg dan Malioboro. Gila-gilaan bareng di museum, ambil pose sana sini sampai-sampai kami kena tegur sama Mas Wendi. Beliau bilang, kita jangan hanya foto sana-sini, harus juga baca setiap keterangan sejarahnya benda-benda itu, maklum beliau calon guru Sejarah.
Setelah itu, kami lanjut ke Malioboro. Sebelum hunting barang, aku, rapli sama neng pengen foto dulu di plang jalan Malioboro kayak orang-orang kebanyakan. Tapi jalannya jauh untuk nyampai sana, akhirnya kami pilih plang yang deket parkiran motor aja agar tetap ada kenang-kenangan pertanda kami pernah ke landmarknya kota ini. Waktu jalan-jalan di Malioboro kami sempat liat arak-arakan Dangdut Akademi di sepanjang jalanan Malioboro. Disana ada calon-calon artis dan artis dangdut. Haha beruntung banget bisa liat begituan. Hahaha.
Kami mulai hunting pernak pernik buat oleh-oleh. Tips belanja disini adalah, harus pintar nawar sama pinter bahasa Jawa. Ya udah, kami manfaatkan saja keberadaannya Mas Wendi buat tawar menawar. Iki piro? Blablabla.. nggak ngerti apa yang Mas Wendi bicarakan sama si penjual, yang penting kami dapet barang-barang lumayan murah disini berkat mas Wendi.
Lelah berbelanja, kami duduk santai sambil berbincang-bincang dan berbagi tawa sama lain di 0 kilometernya Jogja.
Aa’ Rapli dari sunda ini nyeletuk “Uni, kamu ini beneran asli Padang?”
“Iyalah, emang nggak keliatan ya Padangnya?” tukas ku
“Yaa... Logatnya rada orang Sunda...”
“Weleh-weleh, iya?? Haa.. aku jadi malu...”
Tepat pukul 4 sore, kami sudahi perjalanan ini ditutup dengan nonton bareng reog ponorogo. Sedih rasanya berpisah dengan sahabat baru itu terutama Neng, Galih, Wanda, Mas Wendi, Rapli, Endra. Sempat sedih nganterin teman-teman baru itu ke stasiun kereta, tapi ya setiap pertemuan indah pasti ada perpisahan. Berharap bisa bertemu dengan mereka dilain waktu. Wah komplit deh rasanya hari ini.
momen saat mas Wendhy ngerutu nggak jelas karena kesandung


bareng wanda-aku-galih-zum-bunga

nongkrongin reog ponorogo

bareng neng-rapli-mas wendhy-endra di vreedenburg

Malamnya, diajakin makan malam diluar bareng Indah, Yoga dan Mbak Nur. Kami makan di pinggir jalan, tempatnya itu keren, walaupun Cuma pake tenda sama lesehan, tapi kesannya kayak kafe-kafe gitu. Kami pesan makanan ini itu dan masing-masing orang kira-kira kena 10 ribuan ditambah menu-menu yang menurutku itu mahal kalo di BKT. Nah, kebetulah mas Yoga abis dari ATM, kami porotin aja, akhirnya dia bayarin semua makanan kami. Jiaahaa Indomie pun berkibar, selamat buat Yoga. Setelah itu, aku diajakin muter-muter di rektorat UGM. Wah, UGM keren juga punya sepeda kampus kayak UI. Hmmm... akhirnya bareng-bareng kami masuk ke Rektorat. Bangunannya kayak bangunan dormitori jaman Belanda. Kami masuk ke bagian teras besar kayak ballroom, tapi hawanya rada beda gitu. Disana ada meja tamu, nah keliatan ada item-item nyempil kayak kepala orang. Awalnya aku sangka itu helm karena mata rada minus, ya udah diabaikan saja. Sewaktu kami ingin membalikkan badan, ternyata dimeja tamu itu ada mbak-mbak wajahnya pucet. 
Rute selanjutnya hari Senin ini adalah ke Maliboro beli oleh-oleh buat yang di BKT-Padang lalu sorenya ke Paris bareng Liber, mba Nur, Indah dan Yoga. Ke Paris butuh 1 jam perjalanan kalau pake motor, nah kami sewa aja motor. Belum sempat nyampe Paris, mataharinya udah duluan terbenam, telat deh. Tapi nggak apa, walaupun sebentar setidaknya aku sudah merasakan bagaimana pantai Parang Teritis kata orang itu. Maghrib menjelang, tapi disana lagi mati listrik, terpakasa shalat dengan suasana remang-remang dan ternyata malam itu satu Jogja mati listrik. Tapi nggak apa, yang penting fun. Kami lanjut ke arah Alun-alun kidul untuk melihat pelepasan lampion dalam rangka merayakan pelantikan Presiden Jokowi saat itu. Sama seperti sebelumnya, kami telat lagi. sewaktu nyampe disana, acaranya udah kelar cuma ada odong-odong khas Jogja ditambah dengan kerumunan orang-orang. Ya udah, kami memutuskan untuk naik odong-odong aja dengan 3 kali putaran sewanya 50 ribu. Mahal sih, tapi ya sekali ini aja lagian odong-odongnya muat untuk kami berenam.
Alun-alun Jogja ini terkenal oleh dua pohon Beringinnya dengan mitos, siapa yang bisa lewat diantara 2 beringin ini dengan sukses, maka dia akan ketemu jodoh waktu ia berhenti berjalan nanti. Malam itu banyak banget muda mudi yang mencoba keberuntungan disana, berharap pasangannya sendiri bisa menjadi jodoh mereka. Hahaha lucu aja, liat ada yang jalan belok entah kemana, ada yang sukses melewati pohon itu dengan bimbingan pacarnya, ada juga yang nggak mau ikutan yang begituan kayak aku. Nggak percaya soal e. Dan akhirnya melewati dua pepohonan itu dengan mata terbuka. Hihihi.
Perut mulai lapar, waktunya makan malam dan diajakin makan di angkringan. Nah, kata temen-temen ku, kalau ke Yogya nggak makan di angkringan belum pantes dibilang ke Yogya. Kami pilih berhenti di angkringan tugu. Disana menu nya macam-macam dan yang paling terkenal itu nasi kucing dengan berbagai macam gorengan, sate jerowan, sate telur khas Jawa dan lain-lain. Minumnya aku pesan Kopi Joss. Kopi Joss ini sama seperti kopi biasa cuma bedanya ditambahin arang kedalam kopinya. Dengan menu beranekaragam, rata-rata kami belanja kurang dari 10 ribu. Bener, Yogya murah banget biaya hidupnya. Sebelum kami meninggalkan angkringan, lewatlah kereta api melintasi jalanan Yogya. Wahh... bener-bener, malam itu aku merasakan dengan nyata kota Yogya kini sedang memelukku hangat. Ini semua terasa nyata, yang dulu hanya bisa melihat keindahannya dari FTV atau acara TV, tapi kini semuanya kurasakan sendiri indahnya. J
Besoknya, hari Selasa, aku memutuskan untuk jalan-jalan ke Malioboro lagi sendiri tanpa Indah karena kemarin belanjanya belum selesai. Hihihi. Indahnya kuliah, mbak Nur shift pagi, Liber ujian, yaudah sendiri. Dengan pede berasa anak Yogya, aku naiki Trans Jogja arah Malioboro. Setibanya di Malioboro, aku mulai berjalan-jalan disepanjang emparan kios. Berasa dipasar atas Bukittingi aku, Cuma bedanya disini orang-orang ngomong pakai logat Jawa. Keluar masuk toko pilih ini pilih itu dengan ilmu tawar menawar orang Padang yang terkenal dengan pede aku membeli ini itu dengan logat sedikit Jawa. Hehe, padahal baru belajar bahasa Jawa udah sok-sok pake bahasa Jawa. Abisnya Indah bilang, kalo belanja disini ada dua kunci yang pertama harus bisa nawar sama bisa bahasa Jawa, biasanya harganya agak miring. Ya udah tak coba aja.
Lelah berbelanja, akhirnya nyampe juga di ujung Malioboro di 0 kilometer untuk naik TJ jurusan UGM. Sebelum itu, pengen belum minum dulu. Ya udah karena masnya orang Jawa, tak lawan juga pake bahasa Jawa.
“Mau beli minum mas... Air mineral yang dingin ada...?” (medok Jawa)
“Ada mbak, itu yang dalam box..”
“Iki piro mas?” (sambil milih minuman)
“tiga ngewu mbak....”
Haaa... What??? Tiga ngewu apaan yo? Aduh-aduh piye iki...
Dengan tampang bloon ku keluarkan uang nominal 5 ribu dengan harapan harganya 3 ribu.
“Iki mas, uangnya...”
“Yo mbak, ini kembaliannya... blablabla... (pake bahasa Jawa)”
“Makasih yo mas...” (tampang bingung kayak abis di hipnotis)
“yo mbaa... Mangga...” (mempersilahkan ku pergi dengan gaya khas Jawa)
Wahh... dikira orang Sunda lagi aku di-Mangga-in sama masnya. Udah cape-cape pake bahasa Jawa malah tetep aja dikira orang Sunda, ternyata nggak salah perkataan Rapli. Aduh-aduh itu benar-benar pengalaman paling menggelikan di Yogya. Sok pake bahasa Jawa, pas dilawan pake bahasa Jawa malah jadi bego sendiri.
Akhirnya, aku nyampe di kosan Indah dengan selamat tanpa ada kurang satu apapun kecuali duit yang terkuras habis. -,-
Akhirnya kami nyampe di 0 kilometernya yogya (lagi). Disana duduk-duduk sambil melepas penat dan menikmati suasana Yogya dimalam hari. Malam itu serasa ingin kutahan sejenak, karena belum ingin berpisah dengan kota yang mulai bersahabat ini. Sedikit kutahan air mata mencoba memendam rasa sedih karena ini akan menjadi malam terakhir ku disini (mungkin).
Besoknya, adalah hari keberangkatan kembali ke Minangkabau dengan pesawat jam 16.00 pm. Ke Bandaranya diantar bareng Indah dan Yoga. Sedih karena Mbak Nur dan Liber nggak bisa ikutan. Setibanya di Bandara, kami nongkrong sejenak di anjungan untuk liat pesawat yang datang dan pergi. Akhirnya, saatnya aku masuk ke ruang tunggu. Sedih, sedih sekali buat ninggalin kota ini bersama orang-orang yang kukenal disini. Pamitan ama Indah bikin nangis, karena besok ini Indah akan susah pulang, jadi puas-puasin nangis dulu. 
Bersyukur kepada Allah. J
Terimakasih semuanya, terimakasih UNY dan panitia RWrC. Karena, lomba ini yang membawaku bisa sejauh ini, membuatku bisa bertemu dengan orang-orang luar biasa penuh semangat dan inspirasi seperti Wanda, Galih, Zum, Bunga, mba Dilla, mba Niken, Neng, Rapli, Endra dan mas Wendhi yang dapat membangun semangat baru dalam diri untuk terus berkarya dan berinovasi selagi masih muda ini. Terimakasih Indah, atas waktu, tempat nginap dan segala-galanya sahabatku. Terimakasih Yoga, Mbak Nur dan Liber atas waktu dan segala-galanya yang berhubungan dengan perjalanan dan pertemuan kita sahabat baru ku. Walaupun kalian lagi UAS, walaupun mbak Nur lagi PL dan pusing dengan shift pagi dan malam, walaupun Indah juga kuliah tapi tetap aja kalian masih rela nemani aku keliling Yogya dan memperkenalkan seluk beluk indahnya kota ini. Hal itu membuatku nyaman dan bahagia dengan perjalanan singkat ini, kalian mampu membuat ku berkesan dengan kota ini dan kalian juga membuktikan bahwa memang benar  “Yogya itu ISTIMEWA dan Yogya itu kota PALING ROMANTIS DI INDONESIA”. Kini semua bukan hanya kata-kata lagi, ini semua bukan sekedar gambar di TV lagi, kini semua bukan artikel di Internet lagi, kini semua bukan hanya cerita yang kudengar dari mulut ke mulut lagi dan kini bukan hanya mimpi lagi, tapi kini telah menjadi nyata dan itu terpampang jelas di mata ku. Pengalaman ini membuatku menjadi semangat untuk terus berkarya lagi dan untuk sahabat baruku, insyaAllah kita akan bertemu lagi di kesempatan lain dengan suasana dan cerita yang berbeda pula. Semoga kita sukses kedepannya dengan mimpi-mimpi yang kita genggam untuk kita wujudkan menjadi nyata.

wedang ronde

kopi joss

0 kilometer nya jogja

musik jalanan ala malioboro kece abis

parang teritis



Sungguh, ku merindukan kisah indah ini, kawan. 

---UNFORGETTABLE JOGJA :*---


Komentar

  1. ut,,,kapan ke jogja lagi.. miss u mrs.minang..hehehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya.. kapan-kapan kalo ada waktu lagi ya ber.. pengen lagi maen bareng kalian.. miss u too

      btw aku blum nikah ber jadi ms.minang aje yee hahaha ;D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer