My First Flight, My First Antology and It's YOGYA #2

Okey.. ini lanjutan dari kisah ku menuju Yogya...






Lagi sama patung, nggak tau namanya, yang jelas patung ini seperti penjaga setiap bangunan gagah di Yogya.


Setelah mendapatkan bantuan dana dari universitas, aku merasa bahagia dan bersyukur. Alhamdulillah usaha ku dan do’aku kali ini diijabah Allah. Mulailah sejak hari Kamis 9 Oktober, fikiran ku mulai melayang jauh melampaui pulau Sumatera. >< Berkhayal dan mulai mereka-reka bagaimana bau udara Yogya, bagaimana tanah disana apakah sama dengan disini, bagaimana semut-semutnya, apakah sama dengan semut disini, bagaimana suasana Malioboro itu? Tempat yang paling ingin kukunjungi jika sempat ke Yogya, dan terutama bagaimana kisah hidup yang akan kuukir disana apakah bahagia atau sebaliknya? Haha, entahlah, pada hari itu, aku bagaikan orang jatuh cinta, tersenyum setiap saat, merona wajahku saat mulai berfikir mengenai Yogya, kota paling romantis kata orang itu. Yang membuatku semakin deg-deg-an, bagaimana rasanya naik pesawat ya? Sendiri untuk pertama kali, tidak ada teman jikalau nanti aku mabuk. Hahaha, sudahlah kufikir itu tak akan terjadi, karena aku sangat sangat dan sangat menginginkan hal ini terjadi.
Kumulai mempersiapkan semuanya. Pastinya, aku mempersiapkan semua tidak dengan seorang diri. Selain keluarga, kakak-kakak dan teman kos ku turut ikut andil dalam hal ini. Mulai dari membantuku mencari tiket pesawat, menolongku dalam packing, memberi beberapa petuah tentang hal yang harus aku lakukan dan tidak boleh kulakukan saat di bandara nanti, karena menurut pendapat mereka aku ini masih anak kecil yang polos dan lugu -_-“, bersedia mengantarkan ku dengan motor ke bandara walaupun berangkat dari kos jam 5 pagi, bagi mereka tak masalah asalkan oleh-oleh untuk mereka dan membantuku dalam sela-sela do’a mereka. (ini yang paling sweet)
Oke, lanjut...
Datanglah hari H keberangkatan, Jumat 17 Oktober 2014, pukul 3a.m aku tersentak dari tidur. Seperti biasa, kusucikan diri untuk menghadap Illahi, berharap, perjalanan ku hari ini lancar dan menyenangkan. Diberikan keselamatan lahir batin hingga menuju Yogya nanti, bisa duduk di dekat jendela, pas di bagian sayap dan semoga penerbangan hari ini cuaca cerah, tak hujan dan tak berkabut akibat asap pembakaran hutan seperti hari-hari sebelumnya, supaya aku bisa menikmati indahnya ciptaan-Mu dari atas sana untuk pertama kalinya. Pukul 5.30 am aku berangkat dari kos menggunakan sepeda motor bersama 3 orang perwakilan kos-an CJr34 ^^. Diperjalanan, mulai kulihat matahari dari arah timur beringsut dari tidur nya, Alhamdulillah, hari ini cerah, cerah sekali. Langit pagi dengan warna keemasan bercampur dengan warna biru, sebiru hati ini. Indah sungguh indah. Dingin pagi itu tak terasa lagi, karena kebahagiaan cukup menghangatkan tubuh.
Setibanya di Bandara Internasional Minangkabau, aku berpamitan sejenak dengan kakak-kakak itu, bakalan kangen karena untuk 5 hari kedepan tak akan bersua.
Beliau-beliau membimbingku untuk mempelajari alur di dalam Bandara nanti..
“Pokoknya setelah check in... ini... blablabla... hati-hati, jangan percaya sama orang baru dikenal, ingat barang bawaan... Jangan lupa berdo’a, makan, shalat jangan tinggal, ingat juga dzikir, baca alma’tsurat....”
Begitu juga Ibuku, dari via telpon tampak sekali beliau cemas menjelang kepergian ku. Betapa tidak, anak gadis satu-satunya. ^^
Setelah check in dengan keberangkatan pesawat pukul  8.15, aku menunggu di tempat orang yang sedang duduk. Kata kakak kos “ikuti dimana saja dimana orang rame, diatas nanti ada ruang tunggu...”
Oke, ikutin aja orang yang rame ini, duduk dibagian atas bandara menunggu keberangkatan sekitar satu setengah jam lagi. Tapi yang membuat aku heran, kenapa makin lama makin sedikit, terus nggak ada petugas yang ramai dan tak terlihat pesawat yang mondar-mandir seperti ruang tunggu di film-film itu. Secara tak sengaja, aku melihat seorang junior yang ikut mengantri masuk kesebuah ruangan. Ku coba berjalan kearahnya untuk menyapa, tapi ia keburu masuk keruangan itu dan.... Ruangan itu adalah....
Ruang tunggu....! Gubrakkkkk!!
Ternyata salah tempat aku menuggu, ya sudah aku ikuti saja antriannya dan alurnya. Huft, lega akhirnya menemukan ruang tunggu yang sebenarnya. Parahnya, aku tersadar setengah jam sebelum keberangkatan. Untung, untung, Allah memberi pentunjuk lewat junior ku itu, kalau tidak, mati aku, bisa-bisa gagal naik pesawat. Kan nggak lucu aja “Seorang mahasiswi universitas andalas gagal naik pesawat gara-gara nggak tau...” --“
Hihi setelah masuk ruang tunggu, kulihat betapa banyaknya orang yang akan berpergian pagi itu dan aku mencoba memilih tempat duduk yang keren spotnya buat nonton Masya And The Bear yang ditayangkan salah satu TV plasma diruang tunggu. Setelah mendapatkan tempat duduk, ternyata, seseorang memanggilku..
“Kak ut.. kak uuut....!”
Sontak ku menoleh, ternyata itu adek kelas ku tadi. Berbincang sejenak tentang kenapa ia disini dan kenapa aku disini dan ternyata lagi, aku dan dia satu pesawat. Huaa leganya, akhirnya ada kawan, setidaknya untuk mengurangi rasa canggung pertama kali naik pesawat. And finally.... detik-detik yang amat kutunggu datang... Naik pesawat...
Kugenggam erat tiket penerbangan dan seluruh emosiku hingga gemetar tubuh ini. Memasuki lorong menuju pintu kabin, rasanya jantung ini mau copot, tak hentinya ku berdo’a dan berdzikir. Mulai ku mencari-cari dimana posisi kursiku sesuai tiket, yup yup yup... Yeaaah
27-A NOMOR KURSIKU DAN ITU.....
TEPAT DIDEKAT JENDELA DAN DIDEKAT SAYAP!!!!
YA ALLAH... NIKMAT-MU MANAKAH YANG AKAN KUDUSTAKAN? SETELAH ENGKAU MENGABULKAN DO’A KU YANG SEBELUMNYA, KINI AKU BISA DUDUK DI DEKAT JENDELA UNTUK PENERBANGAN PERTAMAKU...
Tapi, ada orang yang duduk disana, yaaa sudah, pasang wajah memelas aja, toh itu kan kursi ku. J
“Maaf mas, saya duduk di 27-A” tutupku sambil senyum. J
“Oh ya, disini...” sambil mempersilahkan duduk diantara 2 laki-laki paruh baya itu.
Sedikit bingung, tapi aku harus ambil hak-ku “Oh.. Maaf saya 27-A di tepi mas, tepi jendela.. hihi”
“Oh.. ohhh ya.. maaf ya dek.. Silahkan silahkan masuk...” tutupnya senyum ;)
Okey okey... take it easy tary... keep calm... Jangan terlalu bahagia arena duduk ditepi jendela, jangan loose control bisa-bisa ntar salto di pesawat kan nggak lucu.
Pesawat mulai beringsut dari parkirannya, para awak pesawat mulai sibuk memperkenalkan ini itu, terutama pramugari cantik sibuk lalu lalang di lorong pesawat. Wah waaah... Ya Allah, akhirnya aku bisa menikmati suasana ini.
Saat pesawat mulai lepas landas, ku perbaiki posisi duduk untuk menikmati birunya langit pagi itu. Garis horizon bumi terlihat jelas saat itu. Pagi itu kusadar benar bahwa bumi itu memang bulat, lautan indah di Padang ini memang Samudra Hindia. Ya Allah sungguh indah kuasa-Mu.
Tepat pada waktu itu, aku tak kuasa membendung segala emosiku. Kutumpahkan saja semua menjadi bulir-bulir air mata. Biarin, dibilang norak, aneh, lebay, tapi yang jelas ini kebahagian bagiku dan aku sangat bersyukur. Aku tersadar, jalan takdir tak akan pernah salah.
Mungkin ini jalan yang Allah berikan dari awal, aku meminta ingin kuliah di UI supaya aku bisa nai pesawat pertama kali dengan prestasi sendir, tapi tak terkabul. Takdir berkata lain, aku harus menjalani studi dengan fakultas yang sama di UNAND. Sempat ku iri dengan teman-teman lain yang kuliah di pulau Jawa dan menyalahi diri selama setengah semester kuliah disini. Tapi, mulai perlahan tabir itu terkuak. Sedikit demi sedikit,  Allah menunjukkan nikmatnya tiada henti. Walaupun disini, di UNAND, tak apa. Allah mengabulkan satu persatu mimpi yang pernah kutorehkan di buku harian. Disini ku mulai tumbuh, berkembang, berubah dan belajar mengendalikan emosi walaupun masih sedikit labil. Disini aku merasakan rasanya terkhianati, dinjak-injak dan tidak dihargai, tetapi itu membuatku belajar untuk bersabar dan tidak mengeluh. Sungguh luar biasa jalan takdir-Mu.
Meninggalkan cerita haru diatas, lanjut tentang kisah penerbangan pertama ku...
Sesampainya di Jakarta, mulai kulihat birunya selat sunda bercampur dengan pemukiman penduduk yang sangat rapat. Dari atas sana jelas sekali perbedaan antara pemukiman penduduk biasa dengan penduduk beruang. (baca dengan EYD)
Tak terasa pesawat sudah landing aja... Para penumpang mulai sibuk membuka sabuk pengaman masing-masing, yaa aku ikutan aja, membuka sabuk pengaman. Eeeh,, tapi kok susah banget ya.. Aduh... Keras, ini gimana ya? Aku yang nggak bisa, atau sabuknya macet... Waduuuhh. Keringat dingin mulai bercucuran, gimana, gimana...?
Sadar dengan kesulitan ku, laki-laki muda yang duduk disebelahku mencoba memberikan instruksi membuka sabuk pengaman. Tapi tetap aja, emang dasar akunya yang udah grogi duluan, abisnya masnya mirip artis Korea. Hahaha. Abaikan.
Ya udah, karena lama banget, dia bilang...
“Hmmm... Maaf ya dek, sini di bantu..”
“haa.. ii.. iya mas...” jawabku gugup.
Tanpa sedikitpun tangannya menyentuhku, akhirnya aku terbebas dari lilitan sabuk pengaman. Ooh, begitu to cara bukanya... hehe
“makasih ya mas...”
“iya sama-sama dek” jawabnya sambil mengenakan kacamata hitamnya.
Huaaa... leganya. Kuturuni satu persatu anak tangga pesawat, dan perlahan mulai menghirup sesaknya udara ibu kota pagi itu. Hueekk... udaranya jelek banget, parah dari pada udara Padang yang berselimut asap akhir-akhir ini. Tetiba, aku teringat dengan Ami, juniorku tadi. Dimana dia? Aku nggk boleh kehilangan dia.
“Kak ut... Sini....” tiba-tiba ia melambai kearah ku.
“Ami.... Akak ndak tau tempat transit do...”
“iyo kak, ikuti se dulu rombongan ko, beko tanya diatas se...”
Ya, otomatis kuikuti saja rombongan pesawat ku tadi kemana mereka berjalan. Ingat dengan pesan teman ku Indah “ Ut, nanti di SOETTA banyak simpang, di setiap simpang tanya aja sama petugasnya, transit dimana, transit dimana... dimana...~”
Tanya sana sini, akhirnya ada petugas Bandara yang bersorak soray...
“Yang transit ke Kalimantan, Yogya, Bali, Surabaya, harap berkumpul disini....!”
Sontak pandanganku beralih ke mbak-mbak berseragam putih itu. Setelah berpamitan dengan Ami, kami berpisah, dan kini perjalanan ke Yogyaarta kulewati sendiri... DEWE, tanpa ada kenalan. Turun naik turun naik bus , turun lagi, itu lah alur transit yang ribet di SOETTA. --“
“Ke yogya mas..” sambil menyerahkan tiket ke petugas bandara.
“Hmm... Maaf mbak, ini pesawatnya dipercepat ya dari jam 2 jadi 10.55 ke Yogyakarta dengan JT...., masih ada waktu 10 menit lagi ya mbak..”
“Apa mas, nah ini lewat mana ya?” ekspresi bingung.
“Belok kanan nanti belok kiri naik keatas ya mbak..”
“Wahh.. iya iya.. makasih mas...”
Ya udah, lari-lari menuju gate pesawat. Di tengah kepanikan ku, satu hal yang kulupa tanyakan kepada petugas tadi. GATE BERAPA YAK....? ADUUUH... Mana pertama kali di SOETTA, gedek lagi, kemana mau nyari... T,T ibuuuuu
Ingat pesan kakak kos “ikuti saja orang yang rame...”
Setelah melewati bagian sensor, aku berlari bersamaan dengan kemana orang paling rame berjalan, akhirnya tibalah di gate A4. Huuuffty... Capek
“Perhatian,panggilan terakhir kepada  penumpang pesawat dengan JT...... tujuan Yogyakarta, harap menuju Gate A2..”
WHAAAATT... Ini A4, A2, dimanaaaa????
Buru-buru keluar dari antrian, dan bertanya kepada petugas terdekat.
“Mbak, A2 dimana ya...? Buruan mbak...”
“didepan mbak... nanti belok kanan...”
Secepat kilat langsung ku berlari menuju Gate A2, berlari melewati lorong bandara yang panjaaanggg tanpa peduli apakah sudah berterimakasih kepada mbak-mbak tadi. Tinggal 5 menit lagi.... A2 dimana...?
Akhirnya, aku melihat arah GATE A2 di tv plasma, langsung ku pacu tubuh ini menuju GATE tersebut.
Alhamdulillah, belum terlambat. Berada di antrian terakhir, dengan tubuh dipenuhi keringat serta gemeteran, kuberikan tiket ke petugas penjaga Gerbang. Akhirnya... tidak jadi ketinggalan pesawat.
Huaa... dengan kilat ku telfon Papa dan Indah sahabatku untuk mengabarkan keberangkatan ku dipercepat sebelum si pramugari menegur ku untuk mematikan Hp genggam.
Dalam waktu 50 menit, pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Mulai kuhirup udara kota itu, bagi ku bau kota ini sangat khas. Memasuki ruangan Bandara ini seperti memasuki kantor camat di Bukittinggi. Bangunannya sangat sederhana, layaknya kantor pemerintahan. Mulai kudengar orang-orang berbahasa Jawa, Sunda, Jakarta, Bali, Jepang, Korea, Inggris... pokoknya disini beragam lah. Disini baru mulai kusadari, bahwa memang Indonesia ini sangat beragam. Sempat tertawa kecil melihat kebergaman itu, karena jarang sekali aku temui suasana ini di Minang. Rerata SUMBAR orangnya masih homogen, palingan kosan ku ada tiga budaya, Minang, Melayu dan Jawa tapi itu komunikasinya tetap bahasa Minang. ^^
Sambil menunggu Indah di Bandara, duduk ditaman bandara menikmati kudapan yang sengaja kubawa untuk bekal transit 2 jam yang gagal tadi karena pesawatnya dipercepat dan melihat kereta api yang melintas didepan bandara. Silih berganti aku juga ditawari taxi dari mas-mas supir taxi.
“Taxi nya mbak.. Monggo...”
Hihihi cie cie, akhirnya denger orang Jawa ngomong langsung didaerahnya sendiri. Lucu aja. Mereka sangat sopan, santun dan rapi lagi, sampai-sampai aku menyangka bahwa supir-supir  taksi itu adalah petugas bandara karena banyak banget calon penumpang pesawat yang nanya-nanya sama mas-mas itu, udah kayak pusat info aja.

Ini pengalaman penerbangan ku yang pertama, maaf kalau bahasanya banyak yang diulang-ulang dan antar kalimat nya kurang nyambung.
Ditulis saat penulis berusaha menahan lapar karena keasikan nulis.


Tunggu ya, pengalaman ku di Yogyakarta bersama sahabat-sahabat baru yang kutemui. J


Lorong menuju pesawat di BIM #ngambilnya lagi gemeteran, makanya goyang


Di parkiran pesawat Bandara Soekarno Hatta, berkabut kan udaranya? ^^


Sebenarnya ini diambil saat perjalanan Yogya-Jakarta, untuk foto yang Padang-Jakarta lebih bagus dari ini, tapi filenya ketinggalan di laptop Indah #curhat ^^

Komentar

Postingan Populer